Jumat, 27 Mei 2011

 HUKUM PERSFEKTIF
Hukum perspektif mengikuti garis lengkung muka bumi, sehingga benda yang terlihat jauh nampak kecil. Jika mata dibiarkan menatap cakrawala – misalnya di pantai – maka akan kita lihat garis pertemuan antara laut dan pantai. Pada garis ini semua benda terlihat seperti titik. Kemudian ketika benda mendekat maka volumenya akan semakin membesar. Demikian pula ketika kita menatap puncak gedung bertingkat maka lantai paling atas akan semakin kecil karena berada di kejauhan. Demikianlah perspektif.

mengenal panggung dalam teater

MATERI I
MEMPELAJARI PANGGUNG

·         TATA PANGGUNG
Tata panggung disebut juga dengan istilah scenery (tata dekorasi). Gambaran tempat kejadian lakon diwujudkan oleh tata panggung dalam pementasan. Tidak hanya sekedar dekorasi (hiasan) semata, tetapi segala tata letak perabot atau piranti yang akan digunakan oleh aktor disediakan oleh penata panggung. Penataan panggung disesuaikan dengan tuntutan cerita, kehendak artistik sutradara, dan panggung tempat pementasan dilaksanakan. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan penataan panggung seorang penata panggung perlu mempelajari panggung pertunjukan.

·         MEMPELAJARI PANGGUNG
Dalam sejarah perkembangannya, seni teater memiliki berbagai macam jenis panggung yang dijadikan tempat pementasan. Perbedaan jenis panggung ini dipengaruhi oleh tempat dan zaman dimana teater itu berada serta gaya pementasan yang dilakukan. Bentuk panggung yang berbeda memiliki prinsip artistik yang berbeda. Misalnya, dalam panggung yang penontonnya melingkar, membutuhkan tata letak perabot yang dapat enak dilihat dari setiap sisi. Berbeda dengan panggung yang penontonnya hanya satu arah dari depan. Untuk memperoleh hasil terbaik, penata panggung diharuskan memahami karakter jenis panggung yang akan digunakan serta bagian-bagian panggung tersebut.

·         JENIS – JENIS PANGGUNG
Panggung adalah tempat berlangsungnya sebuah pertunjukan dimana interaksi antara kerja penulis lakon, sutradara, dan aktor ditampilkan di hadapan penonton. Di atas panggung inilah semua laku lakon disajikan dengan maksud agar penonton menangkap maksud cerita yang ditampilkan. Untuk menyampaikan maksud tersebut pekerja teater mengolah dan menata panggung sedemikian rupa untuk mencapai maksud yang dinginkan. Seperti telah disebutkan di atas bahwa banyak sekali jenis panggung tetapi dewasa ini hanya tiga jenis panggung yang sering digunakan. Ketiganya adalah panggung arena, panggung proscenium, dan panggung thrust. Dengan memahami bentuk dari masingmasing panggung inilah, penata panggung dapat merancangkan karyanya berdasar lakon yang akan disajikan dengan baik.

Ø  Arena
Panggung arena adalah panggung yang penontonnya melingkar atau duduk mengelilingi panggung. Penonton sangat dekat sekali dengan pemain. Agar semua pemain dapat terlihat dari setiap sisi maka penggunaan set dekor berupa bangunan tertutup vertikal tidak diperbolehkan karena dapat menghalangi pandangan penonton. Karena bentuknya yang dikelilingi oleh penonton, maka penata panggung dituntut kreativitasnya untuk mewujudkan set dekor. Segala perabot yang digunakan dalam panggung arena harus benar-benar dipertimbangkan dan dicermati secara hati-hati baik bentuk, ukuran, dan penempatannya. Semua ditata agar enak dipandang dari berbagai sisi.
Panggung arena biasanya dibuat secara terbuka (tanpa atap) dan tertutup. Inti dari pangung arena baik terbuka atau tertutup adalah mendekatkan penonton dengan pemain. Kedekatan jarak ini membawa konsekuensi artistik tersendiri baik bagi pemain dan (terutama) tata panggung. Karena jaraknya yang dekat, detil perabot yang diletakkan di atas panggung harus benar-benar sempurna sebab jika tidak maka cacat sedikit saja akan nampak. Misalnya, di atas panggung diletakkan kursi dan meja berukir. Jika bentuk ukiran yang ditampilkan tidak nampak sempurna - berbeda satu dengan yang lain - maka penonton akan dengan mudah melihatnya. Hal ini mempengaruhi nilai artistik pementasan.
Lepas dari kesulitan yang dihadapi, panggun arena sering menjadi pilihan utama bagi teater tradisional. Kedekatan jarak antara pemain dan penonton dimanfaatkan untuk melakukan komunikasi langsung di tengah-tengah pementasan yang menjadi ciri khas teater tersebut. Aspek kedekatan inilah yang dieksplorasi untuk menimbulkan daya tarik penonton. Kemungkinan berkomunikasi secara langsung atau bahkan bermain di tengah-tengah penonton ini menjadi tantangan kreatif bagi teater modern. Banyak usaha yang dilakukan untuk mendekatkan pertunjukan dengan penonton, salah satunya adalah penggunaan panggung arena. Beberapa pengembangan desain dari teater arena melingkar dilakukan sehingga bentuk teater arena menjadi bermacammacam.

Ø  Proscenium
Panggung proscenium bisa juga disebut sebagai panggung bingkai karena penonton menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah bingkai atau lengkung proscenium (proscenium arch). Bingkai yang dipasangi layar atau gorden inilah yang memisahkan wilayah akting pemain dengan penonton yang menyaksikan pertunjukan dari satu arah. Dengan pemisahan ini maka pergantian tata panggung dapat dilakukan tanpa sepengetahuan penonton.
Panggung proscenium sudah lama digunakan dalam dunia teater. Jarak yang sengaja diciptakan untuk memisahkan pemain dan penonton ini dapat digunakan untuk menyajikan cerita seperti apa adanya. Aktor dapat bermain dengan leluasa seolah-olah tidak ada penonton yang hadir melihatnya. Pemisahan ini dapat membantu efek artistik yang dinginkan terutama dalam gaya realisme yang menghendaki lakon seolah-olah benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata.

Tata panggung pun sangat diuntungkan dengan adanya jarak dan pandangan satu arah dari penonton. Perspektif dapat ditampilkan dengan memanfaatkan kedalaman panggung (luas panggung ke belakang). Gambar dekorasi dan perabot tidak begitu menuntut kejelasan detil sampai hal-hal terkecil. Bentangan jarak dapat menciptakan bayangan arstisitk tersendiri yang mampu menghadirkan kesan. Kesan inilah yang diolah penata panggung untuk mewujudkan kreasinya di atas panggung proscenium. Seperti sebuah lukisan, bingkai proscenium menjadi batas tepinya. Penonton disuguhi gambaran melalui bingkai tersebut.
Hampir semua sekolah teater memiliki jenis panggung proscenium. Pembelajaran tata panggung untuk menciptakan ilusi (tipuan) imajinatif sangat dimungkinkan dalam panggung proscenium. Jarak antara penonton dan panggung adalah jarak yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan gambaran kreatif pemangungan. Semua yang ada di atas panggung dapat disajikan secara sempurna seolah-olah gambar nyata. Tata cahaya yang memproduksi sinar dapat dihadirkan dengan tanpa terlihat oleh penonton dimana posisi lampu berada. Intinya semua yang di atas panggung dapat diciptakan untuk mengelabui pandangan penonton dan mengarahkan mereka pada pemikiran bahwa apa yang terjadi di atas pentas adalah kenyataan. Pesona inilah yang membuat penggunaan panggung proscenium bertahan sampai sekarang.

Ø  Thrust
Panggung thrust seperti panggung proscenium tetapi dua per tiga bagian depannya menjorok ke arah penonton. Pada bagian depan yang menjorok ini penonton dapat duduk di sisi kanan dan kiri panggung. Panggung thrust nampak seperti gabungan antara panggung arena dan proscenium.
Untuk penataan panggung, bagian depan diperlakukan seolah panggung Arena sehingga tidak ada bangunan tertutup vertikal yang dipasang. Sedangkan panggung belakang diperlakukan seolah panggung proscenium yang dapat menampilan kedalaman objek atau pemandangan secara perspektif. Panggung thrust telah digunakan sejak Abad Pertengahan (Medieval) dalam bentuk panggung berjalan (wagon stage) pada suatu karnaval. Bentuk ini kemudian diadopsi oleh sutradara teater modern yang menghendaki lakon ditampilkan melalui akting para pemain secara lebih artifisial (dibuat-buat agar lebih menarik) kepada penonton. Bagian panggung yang dekat dengan penonton memungkinkan gaya akting teater presentasional yang mempersembahkan permainan kepada penonton secara langsung, sementara bagian belakang atau panggung atas dapat digunakan untuk penataan panggung yang memberikan gambaran lokasi kejadian.

·         FUNGSI TATA PANGGUNG
Dalam perancangan tata panggung selain mempertimbangkan jenis panggung yang akan digunakan ada beberapa elemen komposisi yang perlu diperhatikan. Sebelum menjelaskan semua itu, fungsi tata panggung perlu dibahas terlebih dahulu. Selain merencanakan gambar dekor, penata panggung juga bertanggungjawab terhadap segala perabot yang digunakan. Karena keseluruhan objek yang ada di atas panggung dan digunakan oleh aktor membentuk satu lukisan secara menyeluruh.
Perabot dan piranti sangat penting dalam mencipta lukisan panggung, terutama pada panggung arena dimana lukisan dekor atau bentuk bangunan vertikal tertutup seperti dinding atau kamar (karena akan menghalangi pandangan sebagian penonton) tidak memungkinkan diletakkan di atas panggung. Tata perabot kemudian menjadi unsur pokok pada tata panggung arena. Unsur-unsur ini ditata sedemikian rupa sehingga bisa memberikan gambaran lengkap yang berfungsi untuk menjelaskan suasana dan semangat lakon, periode sejarah lakon, lokasi kejadian, status karakter peran, dan musim dalam tahun dimana lakon dilangsungkan.

·         ELEMEN KOMPOSISI
Desain tata panggung sebaiknya dibuat dengan mudah dan bebas. Artinya, imajinasi dapat dituangkan sepenuhnya ke dalam gambar desain tanpa lebih dulu berpikir tentang kemungkinan visualisasinya. Pemikiran lain di luar desain akan menghambat imajinasi dan akhrinya memberikan batasan. Penyuntingan atau pengolahan bisa dilakukan setelah gagasan tertuang. Dalam pembuatan desain gambar tata panggung yang terpenting adalah cara mengatur, menata, dan memanipulasi elemen komposisi yang menjadi dasar dari seluruh kerja desain.

MATERI II
·         HUKUM PERSFEKTIF
Hukum perspektif mengikuti garis lengkung muka bumi, sehingga benda yang terlihat jauh nampak kecil. Jika mata dibiarkan menatap cakrawala – misalnya di pantai – maka akan kita lihat garis pertemuan antara laut dan pantai. Pada garis ini semua benda terlihat seperti titik. Kemudian ketika benda mendekat maka volumenya akan semakin membesar. Demikian pula ketika kita menatap puncak gedung bertingkat maka lantai paling atas akan semakin kecil karena berada di kejauhan. Demikianlah perspektif.

Ø  Desain Lantai
Desain lantai adalah gambar tata letak piranti set tampak. Dengan demikian gambar desain lantai seolah-olah merupakan gambar komposisi bidang dan atau bentuk dimana setiap bidang dan atau bentuk tersebut mewakili piranti set. Desain lantai dibuat sebagai panduan tata letak set sehingga pada saat penataan yang sesungguhnya kerja menjadi lebih mudah. Pembuatan desain lantai, bisa dilakukan sebelum membuat sketsa ataupun setelahnya. Contoh desain lantai di atas menggambarkan sebuah ruang resepsionis hotel. Tata letak kursi dan meja bulat di lobby hotel di letakkan di pojok sebelah kiri. Sisi kanan adalah meja dankursi resepsionis serta di sampingnya adalah tangga menuju ke ruang atas. Dengan gambar tampak atas seperti ini dapat dibayangkan ruang yang dibentuk oleh letak piranti set dan areapermainan yang dapat digunakan oleh para pemain.

·         KERJA PENATATA PANGGUNG
Kerja tata panggung adalah kerja yang menyeluruh, artinya penata panggung tidak hanya menggunakan kemampuannya secara teori dan praktis tetapi juga harus mampu mengembangkan imajinasinya. Ketiga hal tersebut merupakan senjata ampuh bagi sang penata panggung untuk menciptakan kreasinya. Akan tetapi untuk menjadi penata panggung handal dibutuhkan proses yang tidak sebentar serta kontinyuitas dan konsistensi dalam profesi

Ø  Studi Naskah
Membaca naskah lakon adalah proses wajib sebelum memutuskan segala sesuatu baik itu berkaitan dengan akting ataupun kerja artistik. Naskah lakon harus dibaca dengan pemahaman sebagai sebuah cerita sampai ditemukan apa maksudnya. Kata kerja operatif disini adalah “APA”. Seorang pekerja artistik dalam hal ini penata panggung tidak akan bisa mengatakan “Bagaimana mewujudkan sebuah karya tata panggung sebelum ia tahu betul “APA” yang akan dikerjakan.
Banyak penata panggung yang lebih dahulu bertanya ‘bagaimana’ menciptakan karya di atas pentas sementara ia belum menangkap apa maksud naskah lakon yang hendak digarap. Keadaan ini membuat ia berada dalam kebingungan atau justru menciptakan imajinasi-imajinasi yang hasilnya melenceng jauh dari apa yang dikehendaki oleh naskah lakon. Untuk itu membaca naskah berulang-ulang sangat diperlukan. Bukan dalam arti kajian yang mendalam tetapi dalam rangka menemukan “APA” yang dimaksud oleh lakon tersebut. Dengan menangkap maksud lakon maka gambaran global laku lakon di atas pentas akan didapatkan. Jadi, memang kerja tata panggung bukan dalam wilayah memahami makna teks ataupun sub teks, tetapi memahami maksud lakon tersebut, bercerita tentang apa lakon tersebut.
Setelah mengerti apa maksud lakon maka perlu diketahui pula “DIMANA” peristiwa itu berlangsung. “DIMANA” menggambarkan latar berlangsungnya cerita, menggambarkan ruang berlangsungnya cerita, menggambarkan keadaan/situasi cerita, dan menggambarkan waktu berlangsungnya cerita. Pemahaman tentang ruang dan waktu sangat dibutuhkan untuk menciptakan suasana peristiwa seperti yang dikehendaki oleh lakon. Dalam sebuah kasus jual beli misalnya, suasananya akan tampak sangat berbeda antara yang terjadi di pasar dengan yang terjadi di lingkungan pertokoan. Dengan memahami “DIMANA” peristiwa berlangsung maka penata panggung akan memiliki gambaran komplit setting cerita tersebut. Berikutnya adalah wilayah kreatif si penata panggung untuk mewujudkan gambaran-gambaran tersebut dalam karyanya. Pada tahap ini barulah kata “bagaimana” digunakan. Jika sudah sampai di sini maka ini adalah medan merdeka untuk berekspresi sepanjang tidak lepas dari konteks “APA” maksud/makna cerita dan “DIMANA” cerita tersebut berlangsung sehingga keutuhan pesan cerita dapat disampaikan melalui bahasa dan kode-kode artistik yang hadir secara visual di atas pentas.

Ø  Konsep
Setelah menemukan ‘Apa’ dan ‘Dimana’ maka kerja berikutnya adalah menentukan konsep garapan. Untuk hal yang satu ini penata panggung berkonsultasi dengan sutradara atau produser karena merekalah yang memiliki wewenang terhadap konsep dasar pementasan. Selanjutnya, kreasi sang penata panggung mengikuti alur konsep dasar yang telah  ditentukan tersebut. Tetapi dalam hal kreatifitas inipun penata panggung harus dapat bekerjasama dengan penata rias dan busana, serta penata cahaya semua dimaksudkan agar terjadi satu kesatuan.

Ø  Sketsa
Gambaran kasar tata panggung secara sederhana tetapi jelas sehingga maksud atau tujuan tata panggung yang sebenarnya dapat dibaca secara visual. Pada gambar sktesa ini, penata panggung memiliki kebebasan menuangkan berbagai ekspresi artsitik dalam desain karya tata panggung. Sketsa yang dibuat jumlah dan bentuknya bisa banyak untuk memberikan ragam pilihan. Kemudian dengan berbagai pertimbangan termasuk konsep dasar yang telah ditentukan maka sketsa yang paling cocok dipilih untuk selanjutnya disempurnakan dalam gambar desain tata panggung secara perspektif.

Ø  Gambar Desain Tata Panggung
Berdasar dari sketsa yang telah dipilih, gambar desain tata panggung dibuat secara perspektif. Untuk memberi gambaran yang jelas, sebaiknya gambar dibuat berwarna persis seperti apa yang nantinya dituangkan dalam tata panggung. Jika desain tata panggung menggunakan banyak piranti atau banyak konstruksi, biasanya desain dibuat dari berbagai sudut pandang.
Hal ini selain memudahkan kerja berikutnya, juga dapat memberikan gambaran sejelas-jelasnya rancangan yang telah dibuat sehingga, gambaran tata panggung asli dapat ditangkap.

Ø  Maket
Maket atau miniatur tata panggung dibuat untuk memberikan gambaran sejelas-jelasnya kepada produser, sutaradara serta pemain. Biasanya maket dibuat untuk kerja tata panggung dalam proyek yang besar yang melibatkan berbagai unsur pendukung sehingga semua orang yang terlibat dalam proyek tersebut mengetahui maksud dan tujuan dari tata panggung tersebut. Selain itu, untuk kepentingan studi tata panggung, maket merupakan satu bentuk kerja praktik yang jauh lebih murah dibanding membuat tata panggung yang sesungguhnya pengerjaan. Setelah semua tahap dilakukan sekarang tiba saatnya kerja yang sesungguhnya. Sebelum memulai kerja, tentukan dulu teknik yang akan digunakan dalam pengerjaan. Tata panggung biasanya dibuat dengan teknik knockdown (bongkar pasang) jika nanti pada pementasan terjadi penggeseran tata letak dari adegan satu ke adegan yang lain. Selain itu teknik bongkar pasang memudahkan pengangkatan piranti set, terutama ketika pentas dikerjakan secara keliling. Teknik yang kedua adalah permanen, dalam artian set tidak akan berpindah-pindahdan pentas dikerjakan hanya dalam satu tempat dalam waktu yang lama. Pemilihan teknik ini mempengaruhi kebutuhan alat dan bahan. Dalam teknik bongkar-pasang bahan yang digunakan biasanya bersifat ringat dan mudah dibentuk serta ringkas dibawa. Sedangkan setting permanen menggunakan bahan yang lebih kuat dan solid serta biasanya berat.Jadi, alat dan bahan pembuatan setting bersifat relatif. Hal mendasar yang paling penting untuk diketahui adalah karakter bahan yang digunakan serta alat yang tepat. Sebagai misal untuk merekatkan antara papan yang satu dengan yang lain dapat menggunakan paku ataubaut, tetapi untuk merekatkan kertas harus menggunakan lem. Demikian juga dalam halpengerjaan, karakter bahan sangat menentukan pembentukan objek yang dinginkan. Oleh karena itu, kenalilah alat dan bahan dengan baik. Setelah semua dikerjakan maka langkah berikutnya adalah finishing atau penyelesaian. Untuk menyelesaikan keseluruhan rangkaian kerja tata panggung, penata panggung tidak bisa bekerja sendiri. Pada saat ini peran penata artistik lain terutama tata cahaya dan busana dibutuhkan. Perbedaan karakter bahan tata busana dan tata panggung menimbulkan efek perbedaan warna, tekstur yang signifikan. Biasanya yang paling rumit adalah penggunaan warna, karena wana yang dihasilkan dari kain (busana), dengan warna yang ada pada set dan,warna cahaya sangat berbeda. Oleh karena itu dibutuhkan waktu tersendiri untuk uji cobabusana, set dekor, dan cahaya. Percobaan dilakukan berulang hingga perpaduan yang tepat ditemukan. Harmoni adalah kunci utama dari tata artistik pementasan.